1. Media Cetak
Pembicaraan tentang
media cetak berarti membicarakan pers. Sebab terminologi pers terdiri dari:
Pertama, pers dalam arti luas adalah seluruh alat komunikasi massa baik cetak
maupun elektronik. Kedua, pers dalam arti sempit secara spesifik tertuju pada
media cetak berbentuk surat kabar dan majalah. Dalam berbagai literatur surat
kabar digunakan sebagai sebutan untuk media cetak yang content-nya mengutamakan
hasil jurnalisme berbentuk berita (news). Sementara sebutan untuk pers
digunakan untuk seluruh media massa tercetak yang terbit secara reguler baik
yang mengutamakan
jurnalisme maupun hiburan.
I.Introduksi
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa media cetak termasuk pers dalam pengertian sempit. Artinya, media cetak adalah bagian dari media komunikasi massa. Untuk itu perlu dikaji dulu definisi komunikasi massa (mass communication) untuk membedakannya dengan jenis komunikasi lainnya seperti komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication) atau komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Secara singkat komunikasi massa dimaknai sebagai berikut: “mass communication is a process in which professional communicator use media to disseminate messages widely, rapidly, and continually to arouse intended meanings in large and diverse audiences in attempts to influence them in a variety of ways” (DeFleur, 1985).
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa media cetak termasuk pers dalam pengertian sempit. Artinya, media cetak adalah bagian dari media komunikasi massa. Untuk itu perlu dikaji dulu definisi komunikasi massa (mass communication) untuk membedakannya dengan jenis komunikasi lainnya seperti komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication) atau komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Secara singkat komunikasi massa dimaknai sebagai berikut: “mass communication is a process in which professional communicator use media to disseminate messages widely, rapidly, and continually to arouse intended meanings in large and diverse audiences in attempts to influence them in a variety of ways” (DeFleur, 1985).
II.
Media Cetak dalam Perspektif Historis
Dari berbagai literatur
yang menitikberatkan pada content media cetak disebutkan bahwa cikal-bakal
media cetak bermula pada acta duirna yaitu semacam lembaran yang ditempel pada
zaman Romawi kuno. Lembaran ini memuat hal-hal yang dibicarakan dalam senat
yang akan disampaikan pada warga kota. Tetapi literatur lainnya yang memusatkan
perhatian pada teknologi yang dipakai menyebutkan bahwa media ini sudah ada di
China kuno sebelum kertas dan alat cetak dikenal bangsa Eropa.
Identifikasi media
cetak sekarang lebih banyak dilakukan atas karakter kultural dan isinya dalam
masyarakat. Karenanya pembicaraan selalu dimulai dari acta duirna (Romawi
kuno), gazeta (Venesia) dan corantos (Inggris) sejenis lembaran tercetak abad
XVII yang berisi informasi tentang negara asing. Baik acta duirna maupun
corantos berisi informasi politik. Sementara gazeta berisi informasi ekonomi.
Sejarah media massa
modern dimulai dari media cetak. Kenyataannya, suratlah yang merupakan bentuk
awal dari surat kabar. Bukan lembaran yang berbentuk buku. Surat kabar abad
XVII tidak lahir dari satu sumber. Tetapi gabungan kerja sama antara pihak
percetakan dengan pihak penerbit. Ragam surat kabar resmi yang diterbitkan oleh
raja atau penguasa memiliki ciri-ciri khas yang sama dengan surat kabar
komersial tetapi lebih berfungsi sebagai terompet penguasa dan alat pemerintah.
Pengaruh surat kabar komersial menjadi tonggak penting dalam sejarah komunikasi
karena menyebabkan beralihnya pola pelayanan ke pembaca anonym. Bukan hanya
semata-mata jadi alat propagandis pemerintah dan penguasa.
Sejak awal perkembangannya surat kabar sudah menjadi lawan nyata atau musuh penguasa yang terlanjur mapan. Dalam konteks Indonesia, tekanan terhadap pers dimulai sejak usaha pertama mendirikan surat kabar di Batavia (Jakarta) yang dilarang oleh pihak VOC (Vereenigde Oost-Indische Campagnie) dengan alasan takut Inggris, Perancis, Spanyol dan Portugis sebagai saingan dagangnya akan memperoleh keuntungan dari berita dagang yang dimuat dalam surat kabar tersebut (Smith, 1986).
Sejak awal perkembangannya surat kabar sudah menjadi lawan nyata atau musuh penguasa yang terlanjur mapan. Dalam konteks Indonesia, tekanan terhadap pers dimulai sejak usaha pertama mendirikan surat kabar di Batavia (Jakarta) yang dilarang oleh pihak VOC (Vereenigde Oost-Indische Campagnie) dengan alasan takut Inggris, Perancis, Spanyol dan Portugis sebagai saingan dagangnya akan memperoleh keuntungan dari berita dagang yang dimuat dalam surat kabar tersebut (Smith, 1986).
III.
Media Cetak sebagai Institusi Sosial dan Jurnalisme
Pers atau press
(Inggris) dalam Bahasa Indonesia yang kita kenal selama ini berasal dari Bahasa
Belanda. Ini berarti menyiarkan berita dari barang cetakan. Sebagai mana yang
telah diulas panjang lebar sebelumnya, secara singkat pembicaraan tentang pers
mencakup dua pengertian. Pertama, pers sebagai institusi sosial yang berfungsi
sebagai watch dog of the press bagi institusi lainnya seperti legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Di sinilah manifestasi pers sebagai the fourth estate
dalam sistem sosial. Masalahnya, pers tidak bisa disebut sebagai institusi
sosial apabila produk jurnalistik yang dihasilkannya tidak bermakna secara
sosial. Dari sinilah dimulai pembahasan berikutnya pers dalam konteks
jurnalisme. Kedua, pers sebagai jurnalisme berarti kinerja pelaku profesi pers
dalam rangka memilih dan memilah realitas sosial yang akan diolah menjadi
informasi yang akan dimuat sebagai berita (news) baik dalam surat kabar maupun
majalah.
Dalam konteks
jurnalisme ini pulalah realitas sosial yang diubah menjadi realitas media cetak
dalam dua bentuk. Pertama, realitas sosiologis berarti informasi yang berasal
dari pelaku obyektif yang terjadi dalam interaksi sosial dan yang terpenting
bermanfaat bagi publik. Misalnya, informasi tentang kenaikan BBM, TDL dll.
Kedua, realitas psikologis berarti informasi yang berasal dunia subyektif dalam
alam pikiran manusia. Dengan demikian, jika realitas sosiologis berbicara
tentang tindakan maka realitas psikologis lebih berbicara tentang apa yang
dipikirkan tentang tindakan itu dan yang terpenting hanya bermain dalam dunia
subyektif pengisi waktu luang. Misalnya, informasi kawin-cerai artis x dan
sejenisnya produk infotainment di layar kaca.
2. Media KIT
Media kit adalah
salah satu yang paling penting jika ingin terjun berkarier sebagai influencer. Kegunaannya adalah untuk memudahkan
mereka bekerja sama dengan klien. Sebenarnya apa sih Influencer Media Kit?
Adalah sebutan untuk sebuah kumpulan dari portofolio dan resume para influencer,
tentunya. Memang terdengar remeh, mungkin. Tapi, Influencer
Media Kit adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap influencer.
Menurut sebuah artikel dari Influencer Marketing Hub, disebutkan bahwa Influencer Media Kit adalah sebuah dokumen yang
dapat menunjukkan analisis dan demografi dari platform para influencer kepada para klien potensial. Tidak
hanya macro influencer saja yang
membutuhkan sebuah Influencer Media Kit,
namun juga para micro influencer.
Mengapa? Karena Influencer
Media Kit dapat mencakup secara jelas dan rapi semua hasil yang telah
dicapai dari project-project yang telah
dilakukan sebelumnya. Dengan merangkum semuanya di satu dokumen, influencer juga dapat meningkatkan
profesionalitas mereka dalam bekerja.
A. Demografi audiens
Angka bukanlah satu-satunya hal yang penting. Insights dari audiens kamu juga tidak kalah
pentingnya untuk dipertimbangkan klien. Dengan mencantumkan pengetahuan soal
audiensmu, seperti gender, umur rata-rata, lokasi, dan sebagainya, klien
potensialmu dapat lebih mudah menetapkan campaign kerjasamanya
dengan para influencer. Untuk demografi
audiens dalam Influencer Media Kit ini,
semakin detail kamu mencantumkan data-datanya, lebih baik. Umumnya, klien ingin
terus memperluas audiens mereka. Jadi, memberikan mereka demografi yang jelas,
mulai dari audiens terbesar kamu hingga audiens sekundermu akan sangat membantu
proses campaign para klien.
B. Penawaran
Tidak ada influencer yang
memiliki penawaran yang identik sama. Jadi, pastikan apa saja yang termasuk
dalam penawaranmu di dalam Influencer Media Kit.
Untuk hal ini, penting hukumnya para influencer untuk
tidak malu-malu kucing.
Kasus terburuknya adalah membuat penawaran yang
tertulis menjadi bias untuk klien hingga pada akhirnya terjadi miss communication. Contohnya saja, jika kamu adalah
seorang influencer yang fokus dalam
Instagram, maka bedah dengan jelas apa saja penawaranmu. Bisa saja hanya
foto/video di feed Instagram, Instagram
Story, atau IGTV.
Tiap-tiap poin yang kamu cantumkan dalam
penawaran jangan sampai membuatmu terjebak dalam sebuah konten yang ternyata
tidak dapat kamu produksi. Nah, di bagian
penawaran ini adalah saatnya kamu mencantumkan rate-mu.
C. Project sebelumnya & Bio
Dalam Influencer
Media Kit-mu, ini saatnya kamu membanggakan portofolio konten dari project-project sebelumnya. Mencantumkan
foto-foto juga dapat memberikan sebuah hal menyegarkan setelah membahas
keseluruhan data yang disebut di atas. Pilihlah foto secukupnya dari konten
terbaik yang telah kamu pilih. Bukan sekadar foto dari konten terfavorit secara
personal saja, tapi juga pastikan foto yang dicantumkan merepresentasikan
bentuk-bentuk konten yang dapat kamu produksi dengan baik.
Menampilkan bentuk visual lain di dalamnya juga
bisa kamu lakukan. Salah satunya logo-logo dari brand yang
pernah bekerja sama denganmu sebelumnya untuk menunjukkan kredibilitas yang
lebih, namun juga memberi klien gambaran lebih jelas tentang audiensmu.
Pada akhirnya, sebuah Influencer Media Kit ini trik terpentingnya
adalah untuk mengemasnya dengan personality yang
kuat. Untuk memberikan kesan friendly dan approachable, sebagai influencer kamu
bisa menceritakan perjalanan kariermu dengan kreatif dalam bentuk biografi
pendek yang menarik. Dengan elemen ini, klien juga dapat lebih mengenal
konten-konten lewat kepribadian yang telah kamu ceritakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar